Laman

Jumat, 01 Februari 2013

HUKUM BERLOYALITAS KEPADA KAUM MUSYRIKIIN



AD-DALAA'IL (DALIL-DALIL) DALAM HUKUM BERLOYALITAS KEPADA KAUM MUSYRIKIIN
oleh Indahnya Islam pada 19 November 2012 pukul 5:55 ·

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Penulis: Al-Imaam Asy-Syaikh Sulaiman Ibnu 'Abdillaah Ibnu Muhammad Ibnu 'Abdil Wahhaab رحمهم الله أجمعين.





Pengantar Penterjemah.

Oleh: Al-Ustadz Abu Sulaiman Aman 'Abdurrohmaan حفظه الله و رعاه.



Segala puji hanya milik Allah Rabbul ‘alamiin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, keluarganya, para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.



Hudzaifah radliyallahu ‘anhu mengatakan: “Hendaklah orang di antara kalian khawatir menjadi Yahudi atau Nasrani sedangkan ia tidak menyadarinya”. Ya, memang ternyata memang seperti itu, banyak di antara kaum muslimin, mereka keluar dari Islam ini tanpa mereka sadari. Ada di antara mereka yang menjadi seorang Nasionalis, demokrat, sekuler, pancasilais serta paham-paham syirik lainnya yang banyak digandrungi.



Orang-orang yang mana mereka ingin membuat lembaga dakwah atau lainnya di negara thaghut, akan tetapi thaghut tidak memberikan izin atau pengakuan kecuali bila mereka mencantumkan falsafah thaghut sabagai dasar/asas lembaga tersebut atau sebagai mata pelajaran yang wajib dicantumkan, kemudian para pengurus itu menyetujui hal itu secara lisan atau secara tulisan dengan alasan bahwa mereka ingin menggungkan lembaga tersebut sebagai sarana dakwah dan mereka dihatinya mengatakan tidak akan merealisasikan apa yang diminta para thaghut itu, maka mereka itu tetap telah kafir meskipun mereka itu sangat benci kepada falsafah tersebut dan kepada para thaghutnya, dan meskipun mereka itu mencintai Islam dan kaum muslimin, sebab kekafiran itu tidak disyaratkan adanya keyakinan hati.



Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata setelah menjelaskan bahwa orang yang mengucapkan kalimat kemusyrikan adalah kafir meskipun dia itu tidak meyakini dengan hatinya dan meskipun dia tidak mencintai kekafiran tersebut: Sesungguhnya orang yang mengucapkannya adalah tidak diudzur meskipun dia menginginkan menunaikan tujuan yang sangat penting dengannya. Ad Durar As Saniyyah 13/93.



Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata dalam rangka menyebutkan hal-hal yang membuat orang muslim menjadi murtad: Menampakkan ketaatan dan sikap setuju terhadap kaum musyrikin atas dien mereka… kemudian beliau menyebutkan: Bahwa yang membuat orang muslim kafir itu bukanlah hanya keyakinan hati. (Sabiilun Najaah Wal Firaak Min Muwaalatil murtaddiin Wa Ahlil Isyraak, Majmu’atut Tauhid 201-202.)



Di dalam risalah yang kami terjemahkan ini, Syaikh Sulaiman akan menjelaskan hal yang semakna dengan mengutarakan 20 ayat Al Qur’an dan satu hadits nabawiy tentang kafirnya orang yang melakukan hal di atas atau yang lebih dahsyat dari itu.



Risalah ini beliau tulis dalam rangka menyikapi datangnya penyerbuan pasukan Turki ‘Utsmaniy ke Nejd, di mana mereka ingin mematikan dakwah tauhid ini dari akarnya, dan sebagian kelompok penduduk Nejd dari kalangan kota dan badui membantu pasukan syirik ini, dan Syaikh rahimahullah memvonis orang-orang yang membantu mereka itu sebagai kaum murtaddun.



Silahkan anda baca risalah ini dengan sepenuh hati dan hubungkan dengan realita yang ada, nicsaya anda akan mendapatkan hal yang sangat membuat kita khawatir atas diri kita sendiri.



Semoga Allah memberikan pahala kepada Syaikh penulis, dan semoga kita bisa mengambil manfaatnya. Shalawat dan salam semoga tetap selalu dihaturkan kepada Nabi kita, dan segala puji hanyalah milik Allah semata.





إعلم رحمك الله:



أن الإنسان إذا أظهر للمشركين الموافقة على دينهم، خوفاً منهم، ومداراة لهم، ومداهنة لدفع شرهم، فإنه كافر مثلهم وإن كان يكره دينهم ويبغضهم، ويحب الإسلام والمسلمين.



هذا إذا لم يقع منه إلا ذلك، فكيف إذا كان في دار منعة، واستدعي بهم، ودخل في طاعتهم، وأظهر الموافقة على دينهم الباطل، وأعانهم عليه بالنصرة والمال، ووالاهم وقطع الموالاة بينه وبين المسلمين، وصار من جنود القباب والشرك وأهلها بعد ما كان من جنود الإخلاص والتوحيد وأهله؟! فإن هذا لا يشك مسلم أنه كافر من أشد الناس عداوة لله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم، ولا يستثنى من ذلك إلا المكره، وهو الذي يستولي عليه المشركون فيقولون له: اكفر، او أفعل كذا، وإلا فعلنا بك وقتلناك، أو يأخذونه فيعذبونه حتى يوافقهم، فيجوز له الموافقة باللسان مع طمأنينة القلب بالإيمان.



 وقد أجمع العلماء على أن من تكلم بالكفر هازلاً، أنه يكفر، فكيف بمن أظهر الكفر خوفاً وطمعاً في الدنيا؟! وأنا أذكر بعض الأدلة على ذلك بعون الله وتأييده.



Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu– sesungguhnya orang bila ia menampakkan terhadap kaum musyrikan sikap muwaafaqah (setuju) terhadap dien (paham/idiologi/ajaran/ undang-undang) mereka karena rasa takut terhadap mereka, mudaarah (bersikap lembut) dan karena mudaahanah (basa-basi) terhadapnya dalam rangka menghindari kejahatan mereka, maka sesunggguhnya dia itu adalah kafir seperti mereka, meskipun ia itu tidak menyukai ajaran mereka, membenci mereka serta mencintai Islam dan kaum muslimin. Status ini bila tidak terjadi dari dia kecuali hal itu saja, maka apa gerangan bila dia itu berada di suatu negeri yang kuat (maksudnya negeri Islam), dia mengundang mereka (kaum musyrikin), dia masuk dalam ketaatan kepada mereka, dia menampakkan muwaafaqah terhadap dien (ajaran) mereka yang bathil, membantu mereka atas dasar ajarannya itu dengan dukungan dan harta, dia loyal kepada mereka, serta memutus antara dirinya dengan kaum muslimin, dan ia justeru menjadi bagian pasukan kubah dan syirik serta para pengusungnya, padahal sebelumnnya dia itu adalah bagian dari pasukan ikhlash dan tauhid serta pembelanya, maka sesunggguhnya orang seperti ini tidak ada seorang muslimpun yang meragukan kekafirannya, serta tergolong orang yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak ada yang di kecualikan dari hal itu kecuali orang yang mukrah (dipaksa), yaitu orang yang dikeroyok oleh orang-orang musyrik, lalu mereka mengatakan kepadanya: “Kafirlah kamu, atau lakukan hal ini, kalau tidak, maka kami siksa dan bunuh kamu!,” atau mereka menangkapnya (menciduknya), terus mereka menyiksanya sampai ia mau menyetujui mereka, maka boleh baginya muwaafaqah (setuju) dengan lisan saja, akan tettapi hati tuma’ninah dengan keimanan.



Dan para ‘ulama telah berijma’ bahwa orang yang mengucapkan (kalimat) kekafiran sambil bercanda, maka sesungguhnya dia itu kafir, maka apa gerangan dengan orang yang menampakkan kekafiran karena dasar takut atau karena ingin dunia.[1] Dan saya akan menuturkan sebagian dalil yang menunjukkan akan hal itu dengan pertolongan dan dukungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.





الدليل الأول: قوله تعالى: {ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم}:



فأخبر تعالى أن اليهود والنصارى، وكذلك المشركون، لا يرضون عن النبي صلى الله عليه وسلم حتى يتبع ملتهم، ويشهد أنهم على حق، ثم قال تعالى: {قل إنَّ هدى الله هو الهدى ولئن اتبعت أهواءهم بعد الذي جاءك من العلم مالك من الله من ولي ولا نصير}، وفي الآية الأخرى: {إنك إذاً لمن الظالمين}، فإذا كان النبي صلى الله عليه وسلم، لو يوافقهم على دينهم ظاهراً من غير عقيدة القلب، لكن خوفاً من شرهم ومداهنة، كان من الظالمين، فكيف بمن أظهر لعبَّاد القبور والقباب أنهم على حق وهدى مستقيم؟! فإنهم لا يرضون إلا بذلك.



Dalil Pertama



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ



“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al Baqarah: 120).



Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani dan begitu juga kaum musyrikin[2] tidak akan senang kepada Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau mengikuti ajaran mereka, dan bersaksi bahwa mereka itu berada di atas kebenaran, kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:



قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (١٢٠)



“Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah: 120)



Dan dalam ayat lain:



وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ (١٤٥)



“Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- Termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah: 145)



Bila saja Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam seandainya beliau menyetujui mereka atas ajarannya itu secara dhahir saja tanpa disertai keyakinan hati, akan tetapi karena takut akan kejahatan mereka dan karena basa-basi (mudahanah), maka beliau itu tergolong orang-orang yang zalim (kafir). Maka apa gerangan dengan orang yang menampakkan terhadap ‘ubbadul qubur wal qubaab[3] bahwa mereka itu berada di atas kebenaran dan jalan yang lurus? Dan memang mereka itu tidak bakal rela kecuali dengan hal itu[4].





الدليل الثاني: قوله تبارك وتعالى: {ولا يزالون يقاتلونكم حتى يردوكم عن دينكم إن استطاعوا ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا والآخرة وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون}:



فأخبر تعالى أن الكفار لا يزالون يقاتلون المسلمين حتى يردوهم عن دينهم إن استطاعوا، ولم يرخص في موافقتهم خوفاً على النفس والمال والحرمة، بل أخبر عمن وافقهم بعد أن قاتلوه ليدفع شرًّهم أنه مرتد، فإن مات على ردته بعد أن قاتله المشركون فإن من أهل النار الخالدين فيها، فكيف بمن وافقهم من غير قتال؟! فإذا كان من وافقهم بعد أن قاتلوه لا عذر له، عرفت أن الذين يأتون إليهم يسارعون في الموافقة لهم من غير خوف ولا قتال، أنهم أولى بعدم العذر، وأنهم كفار مرتدون.



Dalil Kedua



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٢١٧)



“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah: 217)



Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang kafir senantiasa memerangi kaum muslimin hingga mereka berhasil mengeluarkan kaum muslimin dari diennya, bila mereka mampu. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberikan keringanan dalam sikap setuju terhadap (kekafiran) mereka karena alasan takut akan jiwa atau harta atau kehormatan, bahkan justeru Allah mengabarkan tentang orang yang setuju kepada mereka dalam rangka menghindari kejahatan mereka setelah mereka memeranginya, bahwa dia itu murtad, dan bila dia mati di atas riddah-nya setelah ia diperangi kaum musyrikin, maka sesungguhnya ia itu tergolong penghuni neraka yang kekal di dalamnya. Maka apa gerangan dengan orang yang setuju terhadap mereka tanpa sebelumnya diperangi? Bila saja orang yang setuju terhadap mereka setelah mereka memeranginya tidak diudzur, maka engkau mengetahui bahwa orang-orang yang datang menghampiri mereka seraya bersegera dalam menampakkan sikap setuju (muwaafaqah) terhadap mereka tanpa ada dasar rasa takut dan tanpa ada peperangan sebelumnya, sesungguhnya mereka itu lebih utama untuk tidak diudzur, dan sesungguhnya mereka itu adalah kuffar murtaddun.[5]





الدليل الثالث: قوله تبارك تعالى: {لا يتخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون المؤمنين ومن يفعل ذلك فليس من الله في شيء إلا أن تتقوا منهم تقاة}:



فنهى سبحانه المؤمنين عن اتخاذ الكافرين أولياء وأصدقاء وأصحاباً من دون المؤمنين وإن كانوا خائفين منهم، وأخبر أن من يفعل ذلك فليس من الله في شيء، أي لا يكون من أولياء الله الموعودين بالنجاة في الآخرة، إلا أن تتقوا منهم تقاة، وهو أن يكون الإنسان مقهوراً معهم لا يقدر على عداوتهم، فيظهر لهم المعاشرة والقلبُ مطمئنّ بالبغضاء والعداوة، فكيف بمن اتخذهم أولياء من دون المؤمنين من غير عذر، استحبابَ الحياة الدنيا على الآخرة، والخوف من المشركين، وعدم الخوف من الله، فما جعل الله الخوف منهم عذراً، بل قال تعالى: {إنما ذلكم الشيطان يخوف أولياءه فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين}.



Dalil Ketiga



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



لا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (٢٨)



“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. (Ali Imran: 28).



Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang orang-orang mu’min dari menjadikan orang-orang kafir sebagai auliyaa, teman dekat, dan sahabat karib dengan meninggalkan kaum mu’minin meskipun mereka itu merasa takut terhadap orang-orang kafir itu. Dan dia mengabarkan bahwa siapa orangnya yang melakukan hal itu, maka lepaslah ia dari pertolongan Allah, yaitu dia itu tidak tergolong wali-wali Allah yang mendapatkan janji keselamatan di akhirat, kecuali karena memelihara diri dari apa yang ditakuti dari mereka, yaitu orang yang tertindas di tengah-tengah mereka yang mana ia tidak mampu (menampakkan) permusuhan terhadap mereka, maka kemudian ia menampakkan sikap lembut terhadap mereka sedangkan hati tetap tenteram dengan kebencian dan permusuhan[6]. Maka apa gerangan dengan orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai auliyaa dengan meninggalkan kaum mu’minin tanpa udzur, kecuali karena lebih mencintai dunia atas akhirat dan karena takut kepada orang-orang musyrik serta tidak takut kepada Allah, sedangkan Allah tidak menjadikan takut dari mereka sebagai alasan, justru Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:



إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٧٥)



“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.(Ali Imran: 175).





الدليل الرابع: قوله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا إن تطيعوا الذين كفروا يردوكم على أعقابكم فتنقلبوا خاسرين}:



فأخبر تعالى أن المؤمنين إن أطاعوا الكفار فلا بد أن يردوهم على أعقابهم عن الإسلام، فإنهم لا يقنعون منهم بدون الكفر، وأخبر أنهم إن فعلوا ذلك صاروا من الخاسرين في الدنيا والآخرة، ولم يرخص في موافقتهم وطاعتهم خوفاً منهم، وهذا هو الواقع، فإنهم لا يقنعون ممن وافقهم إلا بشهادة أنهم على حق، وإظهار العداوة والبغضاء للمسلمين، وقطع اليد منهم، ثم قال: {بل الله مولاكم وهو خير الناصرين} فأخبر تعالى أن الله مولى المؤمنين وناصرهم، وهو خير الناصرين ففي ولايته وطاعته غُنية وكفاية عن طاعة الكفار، فيا حسرة على العباد الذين عرفوا التوحيد ونشأوا فيه، ودانوا به زماناً، كيف خرجوا عن ولاية رب العالمين، وخير الناصرين، إلى ولاية القباب وأهلها، ورضوا بها بدلاً عن ولاية من بيده ملكوت كل شيء؟! بئس للظالمين بدلاً.



Dalil Keempat



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (١٤٩)



“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”.(Ali Imran: 149).



Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang mu’min bila mentaati orang-orang kafir, maka mesti mereka itu mengeluarkan kaum mu’minin dari Islam, karena sesungguhnya mereka itu tidak puas dari kaum mu’minin kecuali kekafiran, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa mereka bila melakukan itu, tentulah mereka itu tergolong orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat. Dan Dia tidak memberikan rukhshah dalam hal setuju kepada mereka dan dalam taat kepada mereka karena alasan takut terhadap mereka itu, inilah realita yang ada di mana mereka itu tidak merasa puas dari orang yang setuju kepada mereka kecuali dengan pernyataan bahwa mereka itu berada di atas kebenaran, dan menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap kaum muslimin, serta memutus hubungan dengan mereka, kemudian Dia mengatakan:



بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ (١٥٠)



“Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah Sebaik-baik penolong”. (Ali Imran: 150).



Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dia adalah pelindung dan penolong kaum mu’minin, serta Dia adalah sebaik-baiknya penolong, sehingga dalam lindungan-Nya dan dalam ketaatan terhadap-Nya terdapat pemenuhan dan kecukupan dari mentaati orang-orang kafir. Ooh sungguh disayangkan orang-orang yang telah mengetahui tauhid dan tumbuh dewasa di dalamnya serta ia memegangnya dengan erat dalam tenggang waktu yang lama, bagaimana mereka keluar dari wilaayah (lindungan) Rabbul ‘Alamiin wa Khairun Naashihiin kepada lindungan kubah[7] kuburan dan para pengusungnya, serta mereka rela dengannya sebagai pengganti dari lindungan Dzat Yang di Tangan-Nya kerajaan segala sesuatu, sungguh sejelek-jeleknya pengganti bagi orang-orang zhalim (kafir).





الدليل الخامس: قوله تعالى: {أفمن اتبع رضوان الله كمن باء بسخط من الله ومأواه جهنم وبئس المصير}:



فأخبر تعالى أنه لا يستوي من اتبع رضوان الله، ومن اتبع ما يسخطه، ومأواه جهنم يوم القيامة.



ولا ريب أن عبادة الرحمن وحدها ونصرها، وكون الإنسان من أهلها، من رضوان الله، وأن عبادة القباب والأموات ونصرها والكون من أهلها مما يسخط الله، فلا يستوي عند الله من نصر توحيده ودعوته بالإخلاص وكان مع المؤمنين، ومن نصر الشرك ودعوة الأموات وكان مع المشركين.



فإن قالوا: خفنا. قيل لهم: كذبتم.



وأيضا فما جعل الله الخوف عذراً في اتباع ما يسخطه، واجتناب ما يرضيه. وكثير من أهل الباطل إنما يتركون الحق خوفاً من زوال دنياهم. وإلا فيعرفون الحق ويعتقدونه، ولم يكونوا بذلك مسلمين.



Dalil Kelima



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٦٢)



“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Ali Imran: 162)



Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa tidak sama antara status orang yang mengikuti ridha Allah dengan orang yang mengikuti apa yang membuat-Nya murka serta tempat kembalinya Jahanam di hari kiamat. Dan tidak diragukan lagi bahwa ibadah kepada Allah saja dan mendukungnya serta keberadaan orang sebagai ahlinya adalah tergolong hal yang mendatangkan ridha Allah, dan tidak diragukan lag bahwa ibadah kepada kubah-kubah kuburan dan orang-orang yang sudah meninggal, mendukungnya, serta keberadaan orang sebagai alhlinya adalah tergolong hal yang mendatangkan murka Allah. Tidaklah sama antara orang yang membela tauhid dan dakwahnya dengan penuh keikhlasan serta ia bersama orang-orang mukmin, tidaklah sama dia itu dengan orang yang membela kemusyrikan dan penyeruan terhadap orang-orang yang sudah mati serta dia itu bersama kaum musyrikin. Dan bila mereka mengatakan: “Kami takut”, maka dikatakan kepada mereka: “Mereka dusta”, terlebih lagi Allah tidaklah menjadikan takut sebagai alasan (udzur) dalam mengikuti apa yang membuat-Nya ridla. Dan kebanyakan ahlul bathil, justru mereka itu meninggalkan kebenaran karena alasan takut dari hilangnya dunia mereka, sebab sesungguhnya mereka itu kebenaran ini serta meyakininya, akan tetapi dengan perbuatan tersebut, mereka itu tidaklah menjadi kaum muslimin.





الدليل السادس: قوله تعالى: {إن الذين توفاهم الملائكة ظالمي أنفسهم قالوا فيم كنتم قالوا كنا مستضعفين في الأرض قالوا ألم تكن أرض الله واسعة فتهاجروا فيها فأولئك مأواهم جهنم وساءت مصيراً}:



أي في أي فريق كنتم؟ أفي فريق المسلمين، أم في فريق المشركين؟ فاعتذروا عن كونهم ليسوا في فريق المسلمين بالاستضعاف، فلم تعذرهم الملائكة، وقالوا لهم: {ألم تكن أرض الله واسعة فتهاجروا فيها فأولئك مأواهم جهنم وساءت مصيراً}.



ولا يشك عاقل أن البلدان الذين خرجوا عن المسلمين صاروا مع المشركين، وفي فريقهم وجماعتهم. هذا مع أن الآية نزلت في أناس من أهل مكة أسلموا واحتبسوا عن الهجرة، فلما خرج المشركون إلى بدر أكرهوهم على الخروج معهم، فخرجوا خائفين، فقتلهم المسلمون يوم بدر، فلما علموا بقتلهم تأسفوا وقالوا: قتلنا إخواننا، فأنزل الله فيهم هذه الآية.



فكيف بأهل البلدان الذين كانوا على الإسلام فخلعوا ربقته من أعناقهم، وأظهروا لأهل الشرك الموافقة على دينهم، ودخلوا في طاعتهم، وآووهم ونصروهم، وخذلوا أهل التوحيد، واتبعوا غير سبيلهم، وخطؤوهم، وظهر فيهم سبهم وشتمهم وعيبهم، والاستهزاء بهم، وتسفيه رأيهم في ثباتهم على التوحيد، والصبر عليه، وعلى الجهاد فيه، وعاونوهم على أهل التوحيد طوعاً لا كرهاً، واختياراً لا اضطراراً؟ فهؤلاء أولى بالكفر والنار من الذين تركوا الهجرة شحاً بالوطن، وخوفاً من الكفار، وخرجوا في جيشهم مكرهين خائفين.



فإن قال قائل: هلاَّ كان الإكراه على الخروج عذراً للذين قتلوا يوم بدر؟



قيل: لا يكون عذراً، لأنهم في أول الأمر لم يكونوا معذورين إذا قاموا مع الكفار، فلا يعذرون بعد ذلك بالإكراه، لأنهم السبب في ذلك حيث قاموا معهم وتركوا الهجرة.



Dalil Keenam



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (٩٧)



“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya: “Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para Malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisaa: 97).



Yaitu, di kelompok mana kalian ini, apakah kalian berada di kelompok kaum muslimin atau di kelompok kaum musyrikin? Maka mereka beralasan atas keberadaan mereka tidak bersama kelompok kaum muslimin dengan ketertindasan, akan tetapi para malaikat tidak menerima alasan itu, dan justru mereka mengatakan kepada orang-orang itu: “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu bisa hijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam dan jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. Dan seorang pun yang berakal tidak meragukan bahwa para penduduk negeri-negeri itu yang keluar dari kaum muslimin, mereka itu telah bersama kaum musyrikin dan berada dalam kelompok dan jama’ah mereka. Ini, padahal, sesungguhnya ayat itu turun berkenaan dengan orang-orang dari penduduk Mekkah yang telah masuk Islam dan mereka merasa berat untuk melakukan hijrah, kemudian tatkala kaum musyrikin keluar menuju Badar, mereka memaksa orang-orang itu untuk ikut keluar bersama mereka, maka mereka pun keluar dalam keadaan takut, terus kaum muslimin membunuh orang-orang itu di Badar, dan tatkala mereka (kaum Muslimin) mengetahui orang-orang yang terbunuh itu, mereka sangat menyayangkan seraya mengatakan: “Kita telah membunuh saudara-saudara kita”, maka Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan mereka.



Maka apa gerangan dengan para penduduk negeri-negeri itu, yang mana dahulunya mereka itu berada dalam Islam, terus mereka mencopot ikatan keislamannya itu dari lehernya, mereka menampakkan kepada kaum musyrikin sikap setuju terhadap ajaran mereka, mereka masuk dalam ketaatan terhadap kaum musyrikin itu, mereka memberikan tempat bagi mereka dan membelanya, mereka mengecewakan ahli tauhid, mereka mengikuti selain jalan kaum muwahhidiin serta menyalahkan mereka, dan nampak di tengah-tengah mereka cercaan, cemoohan, hinaan dan perolok-olokan terhadap kaum muwahhidiin, dan (nampak pula) penganggapan bodoh terhadap keteguhan mereka, kesabaran mereka serta sikap jihadnya di atas tauhid itu, dan mereka membantu kaum musyrikin untuk membungkam kaum muwahhidiin secara suka rela bukan karena darurat, maka sungguh mereka itu lebih utama untuk divonis kafir dan neraka daripada orang-orang yang meninggalkan hijrah karena berat terhadap tanah air dan karena takut terhadap kaum kuffar. Dan mereka itu keluar bersama pasukan kaum musyrikin dalam keadaan dipaksa lagi takut.[8]



Bila ada orang yang berkata: “Kenapa pemaksaan untuk keluar (bergabung dalam pasukan kaum musyrikin) itu tidak diudzur saat mereka menetap di tengah-tengah orang kafir, sehingga mereka itu tidak diudzur setelah pemaksaan itu,” (jawabnya) sebab sesungguhnya merekalah penyebab dalam hal itu, di mana mereka menetap bersama kaum musyrikin dan meninggalkan hijrah”.





الدليل السابع: قوله تعالى: {وقد نزل عليكم في الكتاب أن إذا سمعتم آيات الله يكفر بها ويستهزأ بها فلا تقعدوا معهم حتى يخوضوا في حديث غيره إنكم إذاً مثلهم}:



فذكر الله تعالى أنه نزل على المؤمنين في الكتاب أنهم إذا سمعوا آيات الله يكفر بها، ويستهزأ بها، فلا يقعدوا معهم حتى يخوضوا في حديث غيره. وأن من جلس مع الكافرين بآيات الله، المستهزئين بها في حال كفرهم واستهزائهم، فهو مثلهم.



ولم يفرق بين الخائف وغيره إلا المكره، هذا وهم في بلد واحد في أول الإسلام، فكيف بمن كان في سعة الإسلام وعزة بلاده، فدعا الكافرين بآيات الله المستهزئين بها إلى بلاده، واتخذهم أولياء وأصحاباً وجلساء، وسمع كفرهم واستهزاءهم وأقرَّهم وطرد أهل التوحيد وأبعدهم؟



Dalil Ketujuh



Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:



وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا (١٤٠)



“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam”. (An Nisaa: 140).



Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa Dia telah menurunkan kepada kaum mu’minin dalam Al Kitab, bahwa bila mereka mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah mereka itu duduk bersama orang-orang tersebut hingga mereka memalingkan pembicaraan kepada masalah lain. Dan (Allah Subhanahu Wa Ta’ala) menyebutkan bahwa orang yang duduk bersama orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan memperolok-olokannya di saat mereka sedang melakukan kekafiran dan perolok-olokannya itu, maka dia itu sama seperti mereka, dan Allah tidak membedakan antara orang yang takut dengan yang lainnya, kecuali orang yang dipaksa. Hukum ini ditetapkan sedangkan mereka itu hidup di lingkungan suatu negeri yang di awal Islam, maka apa gerangan dengan orang yang asalnya dia itu berada di dalam kelapangan Islam, kejayaannya, serta negerinya, terus dia malah mengundang orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah lagi memperolok-olokannya ke negerinya, dan menjadikan mereka sebagai pemimpin, teman dekat dan sahabat karib, serta ia mendengar kekafiran dan perolok-olokan mereka, ia mengakui mereka dan mengusir serta menjauhkan kaum muwahhidiin.





الدليل الثامن: قوله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا اليهود والنصارى أولياء بعضهم أولياء بعض ومن يتولهم منكم فإنه منهم إن الله لا يهدي القوم الظالمين}:



فنهى سبحانه المؤمنين عن اتخاذ اليهود والنصارى أولياء، وأخبر أن من تولاهم من المؤمنين فهو منهم.



وهكذا حكم من تولى الكفار من المجوس وعبَّاد الأوثان فهو منهم، فإن جادل مجادل في أن عبادة القباب ودعاء الأموات مع الله ليس بشرك، وأن أهلها ليسوا بمشركين، بان أمره واتضح عناده وكفره.



ولم يفرق تبارك وتعالى بين الخائف وغيره، بل أخبر تعالى أن الذين في قلوبهم مرض يفعلون ذلك خوفاً من الدوائر.



وهكذا حال هؤلاء المرتدين، خافوا من الدوائر، لما في قلوبهم من عدم الإيمان بوعد الله الصادق بالنصر لأهل التوحيد، فبادروا وسارعوا إلى أهل الشرك، خوفاً أن تصيبهم دائرة. قال الله تعالى: {فعسى الله أن يأتي بالفتح أو أمر من عنده فيصبحوا على ما أسروا في أنفسهم نادمين}.



Dalil Kedelapan:



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)



“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al Maidah: 51)



Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang orang-orang mukmin dari menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai auliyaa’, dan Dia mengabarkan bahwa orang yang tawalliy kepada mereka dari kalangan kaum mukminin, maka dia itu tergolong golongan mereka. Dan begitulah status hukum orang yang tawalliy kepada orang-orang kafir dari kalangan Majusi dan para penyembah berhala,[9] maka dia itu tergolong golongan mereka.



Bila ada orang yang mendebat, bahwa ibadah kepada kubbah kuburan[10] dan menyeru orang yang sudah meninggal disamping dia beribadah kepada Allah itu bukanlah syirik, dan bahwa para pelakunya itu bukan kaum musyrikin, maka nampaklah statusnya, dan terbongkarlah pembangkangan serta kekafirannya[11]. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak membedakan antara orang yang takut dengan yang lainnya, bahkan justeru Dia Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang yang ada di dalam hatinya terdapat penyakit (orang-orang munafiq) bersegera melakukan hal itu karena takut mendapatkan bencana. Dan begitulah keadaan orang-orang murtad itu: Mereka takut tertimpa bencana, dan hilanglah apa yang ada di dalam hati mereka, berupa keimanan terhadap janji Allah yang menjanjikan kemenangan bagi ahlu tauhid. Mereka cepat dan bersegera mendekati pelaku-pelaku syirik karena mereka takut tertimpa bencana, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:



فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (٥٢)



“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (Al Maidah: 52)





الدليل التاسع: قوله تعالى: {ترى كثيراً منهم يتولون الذين كفروا لبئس ما قدمت لهم أنفسهم أن سخط الله عليهم وفي العذاب هم خالدون}:



فذكر الله تعالى أن موالاة الكفار موجبة لسخط الله، والخلود في العذاب بمجردها، وإن كان الإنسان خائفاً، إلا من أكره بشرطه، فكيف إذا اجتمع ذلك مع الكفر الصريح، وهو معاداة التوحيد وأهله، والمعاونة على زوال دعوة الله بالاخلاص، وعلى تثبيت دعوة غيره؟!



Dalil Kesembilan



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (٨٠)



“Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (Al Maidah: 80)



Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa sekedar berloyalitas kepada orang-orang kafir itu adalah penyebab datangnya murka Allah dan kekal di dalam adzab-Nya, meskipun orangnya itu takut, kecuali orang yang dipaksa dengan syarat-syaratnya,[12] maka apa gerangan bila hal itu disertai dengan kekafiran yang nyata, yaitu berupa: Sikap memusuhi kaum muwahhidiin, dan membantu (orang-orang kafir) dalam rangka menghilangkan dakwatullah bil ikhlash (tauhid) serta untuk meneguhkan dakwatu ghairillah (syirik).





الدليل العاشر: قوله تعالى: {ولو كانوا يؤمنون بالله والنبي وما أنزل إليه ما اتخذوهم أولياء ولكن كثيراً منهم فاسقون}:



فذكر تعالى أن موالاة الكفار منافية للإيمان بالله والنبي صلى الله عليه وسلم وما أنزل إليه. ثم أخبر أن سبب ذلك كون كثير منهم فاسقين، ولم يفرق بين من خاف الدائرة وبين من لم يخف، وهكذا حال كثير من هؤلاء المرتدين قبل ردتهم كثير منهم فاسقون، فجرهم ذلك إلى موالاة الكفار، والردة عن الإسلام، نعوذ بالله من ذلك.



Dalil Kesepuluh



Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (٨١)



“Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al Maidah: 81)



 Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa muwaalah kepada orang-orang kafir adalah menafikkan keimanan kepada Allah, Nabi dan apa yang diturunkan kepadanya. Kemudian Dia mengabarkan bahwa sebab hal itu adalah karena status kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang fasiq. Dan Dia tidak membedakan antara orang yang takut bencana dengan yang tidak takut. Dan begitulah keadaan para murtaddun sebelum kemurtaddan mereka itu, sesungguhnya kebanyakan mereka itu adalah orang-orang fasiq. Status mereka itu menjerumuskan mereka kepada sikap muwaalah terhadap orang-orang kafir dan riddah dari Islam. Na’uudzu billahi min dzaalika.




LIHAT SELENGKAPNYA DI:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih.